Masukkan Kode Menu Di Sini

SELAMAT MEMBACA ! SELAMAT MEMBACA ! SELAMAT MEMBACA ! SELAMAT MEMBACA ! SELAMAT MEMBACA !

Minggu, 14 Agustus 2011

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN (KIMIA)

A. PENDAHULUAN
Materi yang dipresentasikan adalah sifat-sifat koligatif larutan. Materi ini telah diberikan di SMU pada kelas XII, semester 5. Sama halnya dengan mata kuliah kimia dasar II, materi di SMU disebut dengan sifat-sifat koligatif larutan. Dibagi menjadi enam bagian, yaitu:
  1. kemolalan dan fraksi mol,
  2. penurunan tekanan uap larutan,
  3. kenaikan titik didih dan penurunan titik beku,
  4. tekanan osmotik larutan, dan
  5. penggunaan sifat koligatif larutan.
Sedikit berbeda dengan mata kuliah kimia dasar II, materi tersebut di SMU dijadikan sebuah bab, bukan seperti pada mata kuliah kimia dasar II yang dijadikan subbab dalam bab sifat fisis larutan.
1. Kompetensi belajar di SMU
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan sifat-sifat koligatif larutan non-elektrolit dan elektrolit
1.1 Menjelaskan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan, dan tekanan osmosis termasuk sifat koligatif larutan.
1.2 Membandingkan antara sifat koligatif larutan non-elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit yang konsentrasinya sama berdasarkan data percobaan.
(Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.)
2. Kompetensi pada mata kuliah kimia dasar II
Pertemuan ke :
Kompetensi Dasar
Indikator
Pokok bahasan/ Materi
10.
Mahasiswa dapat memahami sifat-sifat koligatif larutan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian sifat koligatif
2. Mahasiswa dapat menyebutkan macam-macam sifat koligatif larutan
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan sifat koligatif larutan
Sifat Koligatif Larutan
(SAP mata kuliah kKmia Dasar II program studi kimia fakulatas sains dan teknologi UIN Sunan Kalijga Yogyakarta 2009)
B. URAIAN MATERI
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Sifat koligatif meliputi:
1. penurunan tekanan uap jenuh,
2. kenaikan titik didih,
3. penurunan titik beku, dan
4. tekanan osmotik.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Contoh:
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
- Untuk larutan garam dapur:
NaCl(aq) --> Na+ (aq) + Cl- (aq)
karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula =1.0 molal. Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:
a = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < a <>
Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:
∆Tb = m . Kb [1 + α (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ α (n-1)]
n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.
2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:
∆Tf = m . Kf [1 + α a(n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ α (n-1)]
3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:
= C R T [1+ α(n-1)]
1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Menurut Raoult:
P = P0 . XB
dimana:
P = tekanan uap jenuh larutan
P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:
P = Po (1 - XA)
P = Po - Po . XA
Po - P = Po . XA
sehingga:
P = P0 . XA
dimana:

∆P = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
P0 = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut
2. Kenaikan Titik Didih
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni.
Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
Tb = m . Kb
dimana:
∆Tb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut), kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:
Tb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb = (100 + Tb)oC
3. Penurunan Titik Beku
Penurunan titik beku dalam persamaan dinyatakan sebagai :
Tf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf
dimana:
Tf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (0 - ∆Tf)oC
4. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semipermeabel (proses osmosis).
Menurut Van't Hoff tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmotik = ∏ , maka:
∏ = n/V R T = C R T
Dimana: : = tekanan osmotik (atmosfir atau atm)
C = konsentrasi larutan (mol/liter atau M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan
Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.
C. CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA
1. Larutan 0,30 M sukrosa pada 37oC memiliki tekanan osmotik hampir sama dengan tekanan darah, hitung tekanan osmotik sukrosa tersebut.
Penyelesaian:
Diketahui
M = 0,30 M;
T = 37oC + 273o= 310oK
maka,
∏ = M R T
= 0,3 M . 0,082 L atm/mol K . 310oK
= 7,626 atm
2. Jika ditambahkan 1 kg senyawa antibeku etilen glikol (C2H6O2) kedalam radiator mobil yang berisi 4450 g air. Berapa titik didih air radiator?
Penyelesaian:
Diketahui m = 1000gr p = 4450gr
Mr = 62
maka,
ΔTb = 0,52oC/m . 1000gr . 1000
62 . 4450gr
= 18,85oC
Tb = 18.85oC + 100oC
= 118.85oC
3. Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam dapur (Mr = 58,5) dalam 250 gram air. (bagi air, Kb = 0,52 dan Kf = 1,86)
Penyelesaian:
Larutan garam dapur,
NaCl(aq) --> NaF+(aq) + Cl-(aq)
Jumlah ion atau n = 2.
∆Tb = 5,85/ 58,5 x 1000/ 250 x 0,52 [1+1(2-1)] = 0,208 x 2 = 0,416oC
∆Tf = 5,85/ 58,5 x 1000/ 250 x 0,86 [1+1(2-1)] = 0,744 x 2 = 1,488oC
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya dianggap 1.
4. Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air. Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Penyelesaiannya:
Diketahui
mol glukosa = 45/ 180 = 0,25 mol
mol air = 90/ 18 = 5 mol
fraksi mol glukosa = 0,25/ (0,25 + 5) = 0,048
maka,
P = Po. XA = 18 x 0,048
= 0,864 mmHg
5. Satu gram MgCl2 dilarutkan dalam 500 gram air. Tentukanlah titik didih larutan dan tekanan osmotik larutan tersebut pada 250C jika derajat ionisasi 0,9.
Penyelesaian:
Jumlah mol MgCl2 = 1 gr/ 95 gr mol-1
Molalitas larutan = 0,011 mol/ 0,5 kg = 0,022 mol kg-1
i = 1 + (n-1)α = 1 + (3-1) 0,9 = 2,8
maka,
ΔTb = 0,52 x 0,022 x 2,8 = 0.0320C
Titik didih larutan = 100 + 0,0320C = 100.0320C
Molaritas larutan juga dapat dianggap 0,022 mol/ liter (untuk larutan encer, kemolalan dan kemolaran mempunyai harga yang hampir sama).
∏ = 0,022 x 0,08205 x 298 = 1.51 atm

PENETAPAN MASSA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU (kimia)

PENETAPAN MASSA MOLAR BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU

LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

I. NOMOR PERCOBAAN : V
II. NAMA PERCOBAAN : PENETAPAN MASSA MOLAR
BERDASARKAN PENURUNAN TITIK BEKU
III. TUJUAN PERCOBAAN :
1. Menetapkan titik beku cairan murni dan larutan
2. Menetapkan massa molar dari senyawa yang tidak diketahui berdasarkan penurunan titik beku
IV. DASAR TEORI
Apabila suatu zat dilarutkan dalam suatu pelarut, maka sifat larutan itu berbeda dari sifat pelarut murni. Contohnya, larutan gula yang berbeda sifat dengan air murni biasa. Sifat-sifat larutan yang ada, seperti rasa, warna, pH, dan kekentalan bergantung pada jenis dan konsentrasi zat yang terlarut. Pengaruh jenis zat yang terlarut kecil sekali sejauh zat yang terlarut itu tergolong nonelektrolit dan tidak mudah menguap. Sedangkan sifat-sifat yang tiak bergantung pada jenis zat yang terlarut tetapi hanya pada konsentrasi partikelnya disebut dengan sifat-sifat koligatif suatu larutan.
Larutan akan terjadi apabila terjadinya kesetimbangan antara pelarut dan zat yang terlarut. Pelarut merupakan zat yang mendispersikan zat terlarut dan mempunyai massa relative yang lebih banyak atau lebig besar dari zat lain atau zat yang dicampurkan. Zat terlarut merupakan zat yang terdispersi (tersebar secara merata di dalam pelarut). Adapun yang termasuk ke dalam sifat-sifat koligatif suatu larutan adalah : penurunan titik beku ΔTf, kenaikan titik didih ΔTb, penurunan tekana uap Δp dan tekanan osmose larutan π = mRT.
Secara eksak seperti yang telah diuraikan dalam sifat-sifat koligatif suatu larutan merupakan suatu larutan yang ideal. Tetapi sebagian besar larutan akan semak
in mendekati perilaku ideal hanya bila larutan tersebut dalam keadaan encer.
(http://www.google.co.id/wordpress.blogspot/sifatkoligatif.html)
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dari jenis zat terlarut. Dengan mempelajari sifat koligatif larutan, akan menambah pengatahuan kita tentang gejala-gejala di alam, dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan, misalnya mencairkan salju di jalan raya, menggunakan obat tetes mata atau cairan infuse, mendapatkan air murni dari laut, menentukan massa molekul relative zat terlarut dalam laruan, dan masih banyak lagi.
Kita perlu mengetahu beberapa hal berikut : Molar yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan (mol/L). Molal yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan (mol/Kg). Fraksi mol yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol total larutan (mol zat pelarut + mol zat terlarut)
Xterlarut = n terlarut/n pelarut + n terlarut
Xpelarut = n pelarut/n terlarut + n pelarut (L)
PENURUNAN TEKANAN UAP
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dair molekul-molekul cairan disekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini diselidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut :
P = Po.XB
Keterangan :
P = tekanan uap jenuh larutan
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB= fraksi mol pelarut
Karena XA+XA = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :
P = Po (1 - XA)
P = Po – Po.XA
Po – P = Po.XA
Sehingga :
ΔP = Po.XA
Keterangan :
ΔP = penurunan tekanan uap jenuh pelarut
Po = tekanan uap pelarut murni
XA= fraksi mol zat terlaut
KENAIKAN TITIK DIDIH
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC
jika pelarutnya bukan air,maka titik didih larutan menyesuaikan diri dengan titik didih pelarut yang digunakan.Adanya kenaikan titik didih dapat dihitung dengan:
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
PENURUNAN TITIK BEKU
Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:


ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O – ΔTf)oC
TEKANAN OSMOSIS
Osmosa adalah proses merembesnya pelarut kedalam larutan melewati membran semi permeable.osmosa juga bisa diartikan merembesnya larutan yang berkonsentrasi kecil kedalam larutan yang berkonsentrasi besar melalui membran.Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.
Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :

π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
Tekanan osmosis dibagi tiga : Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis. Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis. Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
(http://hersipa.wordpress.com/sifat-koligatif-larutanpenurunan-titik-beku-2/)
Larutan akan memperlihatkan perilaku pendinginan yang berbeda-beda dengan cairan murni. Temperatur larutan akan turun lebih rendah tetapi larutan itu sendiri belum membeku. Kemudian temperatur tersebut akan turun lagi secara perlahan-lahan disaat pembekuan itu sedang berlangsung (gambar b) pada saat itu akan terjadi lewat dingin. Lewat dingin artinya temperatur turun di bawah titik beku lalu setelah itu akan naik lagi. Untuk memperoleh titik beku yang terbaik, tariklah dua garis masing-masing untuk bagian atas dan bagian bawah kurva hingga berpotongan. Titik potong tersebut menunjukkan titik beku.

Adapun titik beku dari suatu cairan adalah suhu yang terjadi pada saat tekanan ua suatu larutan itu sama dengan tekanan uap pelarut padat murni. Apabila tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut maka larutan tersebut belum membeku pada saat suhu 0o C. Apabila suhu telah diturunkan terus menerus tetapi ternyata pelarut padat murni mengalami penurunan tekanan uap yang lebih cepat daripada larutan sehingga pada suatu suhu di bawah titik beku pelarut, tekanan uap larutan sama dengan tekanan uap pelarut padat.
(Rivai Bakti : penuntun praktikum kimia dasar I. Hal 25-26)
Ketika larutan membeku yang membeku sebenarnya adalah pelarutnya, sedangkan zat terlarut tidak akan pernah membeku. Sebagai contoh es yang terbentuk di permukaaan air laut, yang sebenarnya membeku merupakan pelarut. Ikan dan makhluk lainnya yang terdapat di bawah permukaan es tidak akan membeku. Larutan akan makin pekat dan juga titik bekunya akan makin rendah. Jadi suatu larutan itu tidak akan membeku pada suhu yang sama, selalu berubah-ubah tergantung pada tekanan uapnya. Yang dimaksud dengan titik beku itu sendiri adalah suhu yang tercapai pada saat suatu larutan itu sudah mulai membeku. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut dengan penurunan titik beku (ΔTf = freezing point depression)
ΔTf = titik beku pelarut – titik beku larutan
ΔTf = 0o C – Tf
Apabila suatu larutan menggunakan zat pelarut yang berupa air, maka titik beku normalnya adalah tekanan pada tekanan 1 atm yaitu pada suhu 0o C.
Beberapa percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kenaikan titik didih maupun penurunan titik beku tidaklah bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya dipengaruhi pada jumlah atau konsentrasi pada partikel yang terdapat dalam larutan. Oleh karena itulah penurunan titik beku dirumuskan sebagai berikut :
Tf =K.m
Dimana :
Tf = titik beku larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku
m = kemolalan larutan
= (W2 / Mr W2) x (1000/W1)
Keterangan
W2 = massa zat terlarut
W1 = massa pelarut
Mr = massa molekul relative zat terlarut
Pada larutan elektrolit, nilai koligatifnya lebih besar dari zat non elektrolit, hal ini dikarenakan zat elektrolit mengalami disosiasi atau ionisasi membentuk ion-ionnya, sehingga ada faktor koreksi vanhoof (i).
ΔTf = Kf.m.i
Dimana :
i = 1 + (n-1)α
n = jumlah ion = derajat ionisasi
α = mol terurai
mol mula-mula
(http://www.google.co.id/penurunantitikbekularutan.html)
Penurunan titik beku molal (Kf) adalah tetapan penurunan titik beku jika larutan konsentrasi larutan sebesar suatu molal yang tergantung pada jenis pelarut. Berikut ini adalah tetapan penurunan titik beku (Kf) dari beberapa pelarut :
Pelarut Titik beku(o C) Kf
Air 0 1,86
Asam asetat 16,6 3,57
Benzena 5,45 5,07
Sikloheksana 6,5 20
Kamfer 178,4 37,7
Untuk perubahan dalam titik beku, hukum sifat koligatif berlaku baik untuk zat terlarut atrisi (menguap) maupun tak atrisi. Pada temperatur rendah tekanan uap pelarut maupun zat terlarut rendah, dan pengaruh tekanan uap zat terlarut sangat
kecil.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama. Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuan) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1 sedangkan untuk larutan elektrolit lemah harga derajat ionisasinya berada diantara 0 dan 1 (0>α>1). Adanya zat terlarut di dalam pelarut menyebabkan larutan yang terbentuk semakin seukar membeku.
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat koligatif itu sendiri. Jumlah partikel dalam larutan elektrolit tidak sama dengan jumlah larutan non elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
Larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ionnya, dengan demikian sifat elektrolit suatu larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.
Untuk sebuah contoh, dimisalkan sebuah larutan 0,5 molal glukosa dibandingkan dengan larutan 0,5 molal garam dapur. Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0,5 molal sedangkan untuk larutan garam dapur NaCl karena terurai menjadi 2 ion Na+ dan Cl- maka konsenntrasi ionnya menjadi 2 kali semula, sama dengan 1,0 molal.
(http://www.google.co.id/chemistry/sifatlarutanelektrolit.html)

V. ALAT DAN BAHAN
- Tabung reaksi besar
- Gabus penyumbat
- Termometer
- Statif dan klem
- Kawat pengaduk
- Es
- Air
- Garam
- Gula
- Gelas Piala
- Stopwatch

VI. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Penetapan titik beku pelarut murni
Rakitlah alat (tabung reaksi besar, gabus, sumbat dua lubang, termometer, statif dan klem, kawat kasa, kawat pengaduk dan gelas piala)

Pasang termometer dan kawat pendingin yang terdiri dari es, air dan garam

Tambahkan 5 ml air, pasang sumbat


Aduk p-Xylena dengan kawat pengaduk, bila temperature mencapai 18o C catat temperature setiap 15detik hingga p-Xylena beku

Angkat tabung, biarkan mencair kembali

B. Penetapan massa senyawa yang tak diketahui
Ambil 1 – 2,5 g senyawa, timbang


Pindahkan ke dalam tabung hingga semua zat larut


Tetapkan titik beku larutan p-Xylena catat temperatur setiap 15detik


VII. TUGAS PENDAHULUAN
1. Dalam 400 g air dilarutkan 9 g glukosa dan sejumlah urea, bila titik beku larutan -0,93 o C. Tentukan berat urea yang ditimbangkan ?
Jawab :
ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan
= 0 – (- 0,93)
ΔTf = 0,93 oC
Tf = m. Kf
= massa glukosa + massa urea . 1000 . Kf
Mr glukosa Mr Urea P
0,93 = 9 + massa urea . 1000 . 1,86
180 60 40
0,93 = 9 + 3g urea . 1000 . 1,86
180 60 40
0,93 . 180 = 9 + 3g urea
4,65
36 = 9 + 3g urea
g urea = 36 - 9
3
g urea = 9 gram
2. Sebanyak 1,2 g senyawa dengan rumus C8H8O dilarutkan dalam 15 ml sikloheksana (ρ = 0,799g/ml). Hitunglah molalitas larutan ini ?
Jawab :
m = g . 1000
Mr V
= 1,2 . 1000
120 1,5
m = 0,6061 molal




VIII. DATA HASIL PENGAMATAN
Waktu (s) Air T (oC) Gula (oC) p-xylena (oC)
0 31 31 32
15 28 25 26
30 25 21 18
45 23 19 13
60 22 16 9
75 21 14 6
90 18 12 5
105 16 10 4
120 14 9 2
135 12 8 1
150 11 7 1
165 10 6 0
180 9 5 0
195 8 4
210 7 3
225 6 2
240 5 1
255 4 0
270 3 -1
285 2 -1
300 1 -1
315 0
330 0
345 0


Grafik Penurunan Titik Beku Pelarut Air

















Grafik Penurunan Titik Beku Glukosa











Grafik Penurunan Titik Beku p-xylena




IX. REAKSI DAN PERHITUNGAN
PERHITUNGAN
Vair = 5 ml
Massa glukosa = 1 gram
ρ = 0,996 g/ml
ΔTf = T pelarut – T terlarut
= 0 – (- 1)
= 1 oC
Massa air = ρ air . v air
= 0,996 g/ml . 5 ml
Massa air = 4,98 g
ΔTf = m. Kf
ΔTf = m gula . 1000. Kf
Mr ρ
Mr = 1 g . 1000 . 1,86
1 oC 4,98
Mr = 373
Rumus molekul
(CH2O)n = Mr
(12 + 2 + 16 ) n = Mr
30n = 373
n = 12
Rumus molekulnya adalah C12H24O12 atau (CH2O)12



X. PEMBAHASAN
Pada percobaan mengenai penetuan masa molar berdasarkan penurunan tiitk beku, dapat diketahui bahwa sifat koligatif suatu larutan hanya bergantung pada jumlah paritkel zat tersebut bukan berdasarkan jenis zat dalam larutan. Larutan sendiri merupakan campuran yang bersifat homogen , jadi tidak dapat dipisahkan lagi antara zat pelarut dan zat terlarut. Larutan gula merupakan contoh dari larutan yang homogen.
Larutan akan terjadi apabila ada kesetimbangan antara zat pelarut dengan zat terlarut. Pelarut atau solven dalam larutan memiliki massa yang lebih banyak dari zat terlarut atau solut. Adapun yang dimaksud dengan kelarutan diartikan sebagai jumlah maksimal zat yang larut dalam suatu pelarut. Faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya tekanan, temperatur, dan luas penampang. Semakain tinggi tekanan dan temperatur maka semakin cepat suatu larutan untuk bereaksi. Sebaliknya, semakin kecil luas permukaan zat terlarut, maka semakin cepat bereaksi. Pada percobaan kali ini yang dimaksud dengan pelarut itu air suling atau aquades, sedangkan glukosa pada percobaan tersebut sebagai zat terlarut.
Sifat-sifat dari koligatif larutan antara lain penurunan tekanana uap, kenaiakan titik didih , penurunan titik beku dan tekanan osmotik. Pada penggunaan alat dan bahan diutamakan untuk berhati-hati. Ketika termometer dimasukkan ke dalam tabung reaksi, usahakan agar termometer tidak menyetuh dinding tabung karena akan membuat termometer jadi tidak stabil sehingga mempengaruhi temperatur penurunan titik beku larutan yang di uji. Dan sebelum penghitungan suhu, termometer harus dalam temperatur yang stabil.
Es, garam ,gula dan p-xylena merupakan bahan yang digunakan pada percobaan mengenai penentuan massa molar melalui penururnan titik beku ini. Garam dapur yang digunakkan tersebut sebagai campuran es yang dimaksudkan untuk menghambat proses pencairan es, sehingga dapat membantu kita dalam melakukan penganalisisan terhadap titik beku laruatan yang di uji tersebut.
Dalam penggunaan garam dapur, massa garam yang digunakakn jangan terlalu banyak dan juga jangan terlalu sedikit, sebab akan mempengaruhi proses penurunann titik beku dan hasil yang didapat kemungkinan kurang akurat. Namun apabila garam yag digunakaan terlalu sedikit, penurunan titik beku tidak mencapai suhu yang akurat, dan pada larutan gula yang di uji , pembentukkan kristal yang terjaadi tidak sempurna. Oleh karena itu para pratikum di tuntut ketelitian dan keterampulannya dalalam melakukan percobaan tersebut.
Perubahan titik beku pada larutan dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi perubahan suhu baik dari sisitem ataupun dari lingkuangan. Dari data hasil pengamtan yang telah didapat, masing-masing ada tiga larutan yang di uji memiliki titik beku konstant yang berbeda-beda. Untuk larutan belum jenuh di mana konsentrasi hasil kali kelarutannya lebih besar dari hasil kali ion-ionnya ,maka larutan tersebut lebih cepat untuk membeku. Sedangkan untuk larutan tepat jenuh dan lewat jenuh, di. mana telah terbentuk endapan pada larutan tersebut akan lebih sulit untuk membeku. Pada dasarnya yang membeku itu hanya zat pelarutnya saja.
Adapun analisis yang dipakai berupa analisis kualitatif yang didasarkan pada perubahan fisis seperti bentuk, warna dan bau , serta analisis kuantitatif yang didasarkan pada perhitungan.











XI. KESIMPULAN
1. Sifat koligatif larutan didasarkan pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis dan sifat partikel zat terlarut tersebut.
2. Penurunan titik beku terjadi apabila titik beku larutan lebih besar dari pada tititk beku pelarut.
3. Berdasarkan penurunan titik beku suatu zat, dapat ditentukan besarnya konsentrasi zat tersebut di dalam larutan.
4. Raksi yang terjadi merupakan reaksi eksoterm di mana perubahan suhu terjadi dari sistem ke lingkunagan
5. Garam dapur berfungsi sebagai stabilisator suhu es dikarenakan garam dapur dapat menghambat proses pencairan es.

DESALINASI AIR LAUT (KIMIA)


DESALINASI AIR LAUT

Desalinasi merupakan proses pemisahan digunakan UNTUK menurunkan Kadar garam larut di Dalam, udara garam ke tingkat dapat digunakan Yang. Semua proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan: air umpan garam (air payau atau air laut), salinitas air rendah produk, dan berkonsentrasi sangat saline (air garam atau menolak air). Semua proses desalinasi melibatkan Tiga cair: di air umpan garam (udara atau udara laut payau), udara salinitas rendah hasil ditemukan, murah sangat berkonsentrasi garam (garam udara atau menolak udara).
Air umpan salin diambil dari sumber-sumber laut atau bawah tanah. Air umpan Salin diambil sumber-sumber Dari laut atau bawah tanah. Hal ini dipisahkan oleh proses desalinasi menjadi dua stream output: rendah-produk air salinitas dan sungai sangat berkonsentrasi garam. Hal ini dipisahkan oleh proses desalinasi menjadi doa Sungai keluaran: Produk salinitas rendah udara sangat murah berkonsentrasi garam sungai. Penggunaan desalinasi mengatasi paradoks yang dihadapi oleh masyarakat pesisir, yang memiliki akses ke pasokan praktis tak habis-habisnya air garam tetapi tidak memiliki cara untuk menggunakannya. Penggunaan desalinasi Mengatasi paradoks Yang dihadapi oleh Masyarakat Pesisir BANYAK, Yang memiliki suplai ke AKSes Praktis tak habis-habisnya udara garam tetapi Tidak memiliki cara menggunakannya UNTUK. Meskipun beberapa zat terlarut dalam air, seperti kalsium karbonat, dapat dihilangkan dengan pengobatan kimia, konstituen umum lainnya, seperti natrium klorida, memerlukan lebih teknis metode canggih, yang dikenal sebagai desalinasi. Meskipun beberapa Zat terlarut Dalam, udara, seperti kalsium karbonat, dapat dihilangkan DENGAN Pengobatan kimia, Unsur Umum lainnya, seperti natrium klorida, membutuhkan METODE Yang Lebih Canggih secara Teknis, Yang dikenal sebagai desalinasi. Di masa lalu, kesulitan dan biaya menghapus berbagai garam terlarut dari air garam membuat air sumber air minum praktis. Masa di hari lalu, kesulitan biaya murah Dari Berbagai Menghapus garam terlarut Dari udara garam cara membuat udara sumber udara minum Tidak Praktis. Namun, mulai tahun 1950-an, desalinasi mulai muncul secara ekonomis praktis untuk penggunaan biasa, dalam keadaan tertentu. Namun, Mulai Tahun 1950-an, desalinasi Mulai Muncul secara Ekonomi Praktis UNTUK penggunaan biasa, Dalam, Kondisi tertentu.
Air produk dari proses desalinasi air dengan umumnya kurang dari 500 mg / 1 padatan terlarut, yang cocok untuk sebagian besar menggunakan domestik, industri, dan pertanian. Udara Produk Dari proses desalinasi udara umumnya Kurang Dari 500 mg / 1 padatan terlarut, Yang Paling Cocok Keperluan UNTUK domestik, Industri, murah Pertanian.
A dengan-produk dari desalinasi adalah air garam. Sebuah Produk sampingan Dari desalinasi adalah udara garam. Air garam adalah larutan garam terkonsentrasi (dengan lebih dari 35 000 / 1 padatan terlarut mg) yang harus dibuang, umumnya oleh keluarnya cairan ke dalam akuifer garam atau air permukaan dengan kandungan garam yang lebih tinggi. Air garam adalah larutan garam terkonsentrasi (DENGAN Lebih Dari 35 000 mg / 1 padatan terlarut) Yang Harus dibuang, umumnya DENGAN debit akuifer garam ke Dalam, Dalam, atau permukaan udara DENGAN Kadar Garam Tinggi. Air garam juga dapat diencerkan dengan limbah diperlakukan dan dibuang dengan menyemprotkan pada lapangan golf dan / atau daerah ruang terbuka. Air garam juga dapat diencerkan DENGAN diperlakukan efluen dibuang oleh penyemprotan murah di Lapangan golf murah / atau Daerah Ruang Terbuka.
Deskripsi Teknis Deskripsi Teknis
Ada dua jenis proses membran digunakan untuk desalinasi: reverse osmosis (RO) dan elektrodialisis (ED). Jenis doa ada proses membran desalinasi Yang digunakan UNTUK: reverse osmosis (RO) murah Elektrodialisis (ED). Yang terakhir ini tidak umum digunakan di Amerika Latin dan Karibia. Yang terakhir ini digunakan di Tidak Umum Amerika memberi Latin Karibia murah. Dalam proses RO, air dari larutan garam bertekanan dipisahkan dari garam terlarut dengan mengalir melalui membran permeabel air. Dalam, proses RO, udara bertekanan Dari larutan garam garam dilarutkan dipisahkan Dari DENGAN mengalir melalui membran permeabel udara. Para menembus (cairan mengalir melalui membran) didorong untuk mengalir melalui membran dengan perbedaan tekanan dibuat antara umpan bertekanan dan air produk, yang berada di dekat-tekanan atmosfer. Para permeat (Cairan mengalir melalui membran Yang) didorong mengalir melalui membran UNTUK DENGAN Perbedaan tekanan Yang diciptakan ANTARA umpan bertekanan udara Produk murah, Yang dekat-PADA tekanan atmosfer. Air umpan yang tersisa terus melalui sisi reaktor bertekanan sebagai air garam. Yang tersisa air umpan Terus melalui reaktor bertekanan Sisi udara sebagai garam. Tidak ada perubahan pemanasan atau fase berlangsung. Tidak Pemanasan atau mengubah fasa terjadi. Kebutuhan energi utama adalah untuk bertekanan awal air umpan tersebut. Kebutuhan energi UNTUK Utama adalah tekanan Awal umpan tersebut. Untuk desalinasi air payau operasi tekanan berkisar 250-400 psi, dan untuk desalinasi air laut 800-1 000 psi. UNTUK desalinasi tekanan udara payau Jarak Operasi 250-400 psi, murah UNTUK desalinasi udara laut 800-1 000 psi.
Dalam praktek, umpan dipompa ke dalam sebuah wadah tertutup, terhadap membran, untuk menekan hal itu. Dalam, prakteknya, udara dipompa ke umpan Yang Dalam, Wadah tertutup, terhadap membran, UNTUK menekan Hal ITU. Sebagai produk air melewati membran, air umpan larutan air asin yang tersisa dan menjadi lebih dan lebih terkonsentrasi. Sebagai Produk udara melewati membran, Yang umpan Solusi udara garam Yang tersisa murah menjadi Lebih murah Lebih terkonsentrasi. Untuk mengurangi konsentrasi garam terlarut yang tersisa, sebagian dari solusi ini umpan-air garam terkonsentrasi ditarik dari wadah. UNTUK mengurangi konsentrasi garam terlarut Yang tersisa, sebagian Dari Solusi ini umpan-udara garam Pekat ditarik Dari Wadah. Tanpa debit ini, konsentrasi garam terlarut dalam air umpan akan terus meningkat, semakin meningkat membutuhkan input energi untuk mengatasi tekanan osmotik alami meningkat. Tanpa debit ini, konsentrasi garam terlarut Dalam, udara umpan Akan Terus MENINGKAT, Yang membutuhkan masukan energi Yang semakin MENINGKAT UNTUK Mengatasi tekanan osmotik MENINGKAT secara Alami.
Sebuah sistem reverse osmosis terdiri dari empat komponen utama / proses: (1) pretreatment, (2) bertekanan, (3) pemisahan membran, dan (4) pasca perawatan stabilisasi. Sebuah Sistem reverse osmosis terdiri Dari Empat Komponen Utama / proses: (1) pretreatment, (2) tekanan, (3) pemisahan membran, dan (4) Perawatan pasca stabilisasi. Gambar 16 mengilustrasikan komponen dasar dari sistem reverse osmosis. Gambar 16 mengilustrasikan Komponen Dasar Dari Sistem osmosis balik.
Pretreatment: The air umpan masuk pretreated agar kompatibel dengan membran dengan menghapus padatan tersuspensi, menyesuaikan pH, dan menambahkan inhibitor ambang batas untuk mengendalikan skala yang disebabkan oleh konstituen seperti kalsium sulfat. Pretreatment: Udara masuk umpan adalah umpan agar kompatibel Pemanasan DENGAN DENGAN padatan tersuspensi oleh membran Menghapus, penyesuaian pH, murah menambahkan inhibitor Ambang UNTUK mengendalikan Skala Yang disebabkan oleh kalsium sulfat Unsur seperti.
Penekanan: pompa ini menimbulkan tekanan air umpan pretreated untuk tekanan operasi yang sesuai untuk membran dan salinitas air umpan tersebut. Tekanan: Pompa tekanan udara meningkatkan umpan umpan DENGAN Pemanasan UNTUK tekanan Operasi Yang diperlukan UNTUK membran murah salinitas air umpan tersebut.
Pemisahan: Membran permeabel menghambat perjalanan garam terlarut sementara memungkinkan air produk desalinated untuk melewati. Pemisahan: Membran permeabel menghambat perjalanan garam terlarut sementara memungkinkan udara Produk desalinated melewatinya. Menerapkan air umpan untuk membran hasil perakitan dalam aliran produk air tawar dan air garam terkonsentrasi aliran reject. Menerapkan umpan hasil perakitan membran Dalam, Produk air tawar Sungai murah udara garam terkonsentrasi menolak aliran. Karena membran tidak ada yang sempurna dalam penolakannya terhadap garam terlarut, persentase kecil garam melewati membran dan tetap di air produk. KARENA Tidak ada Yang Sempurna membran Dalam, penolakan garam terlarut, persentase Kecil garam melewati membran murah Tetap Dalam, udara hasil ditemukan. Membran reverse osmosis datang dalam berbagai konfigurasi. Membran Reverse osmosis Datang Dalam, Berbagai Konfigurasi. Dua yang paling populer adalah spiral luka dan membran serat berongga halus (lihat Gambar 17). Dua Yang Paling Populer spiral luka hampa membran murah Serat halus (lihat Gambar 17). Mereka umumnya terbuat dari selulosa asetat, poliamida aromatik, atau, saat ini, film tipis polimer komposit. Mereka umumnya terbuat Dari selulosa asetat, poliamida aromatik, atau, SAAT ini, komposit polimer Film Tipis. Kedua jenis digunakan untuk desalinasi air payau dan air laut, meskipun membran spesifik dan pembangunan kapal tekanan bervariasi sesuai dengan tekanan operasi yang berbeda digunakan untuk dua jenis air umpan. Kedua Jenis digunakan UNTUK desalinasi udara payau murah udara laut, meskipun membran spesifik murah Pembangunan Kapal tekanan Bervariasi Sesuai DENGAN tekanan Operasi Yang berbeda digunakan UNTUK doa Jenis udara umpan.
Stabilisasi: Air produk dari perakitan membran biasanya membutuhkan penyesuaian pH Stabilisasi: Air Produk Dari membran biasanya membutuhkan penyesuaian perakitan pH dan degasification sebelum dipindahkan ke sistem distribusi untuk digunakan sebagai air minum. murah degasification Sebelum ditransfer ke Sistem Distribusi UNTUK digunakan sebagai udara minum. Produk melewati kolom aerasi di mana pH tinggi dari nilai sekitar 5 sampai nilai mendekati 7. Produk melewati Kolom aerasi di mana pH Tinggi Dari Nilai Sekitar 5 Sampai dekat Nilai 7. Dalam banyak kasus, air ini dibuang ke waduk penyimpanan untuk digunakan nanti. BANYAK Dalam, Kasus, udara ini dibuang ke sumur penyimpanan UNTUK digunakan nanti.

Cari Blog Ini

Pengikut